Minggu, 31 Maret 2013

Siapakah Kitagawa Kenji itu?

Baru-baru ini video JKT48 menyanyikan lagu Kitagawa Kenji beredar di dunia maya. JKT48 membawakan lagu itu saat event AKB48 KOUHAKU TAISOU UTAGASSEN 2012 lalu.

ini videonya :



Nah, saat perform ada sesosok pria yang ikut menari sebagai fans baru 48family. Saya heran siapa itu?



Dan mungkin banyak teman-teman yang juga fans baru 48family memiliki rasa yang sama seperti saya. Usut punya usut ternyata orang itu tidak lain tidak bukan adalah Kitagawa Kenji.Siapa dia?

Kitagawa Kenji adalah orang penting yang ngurusin bagian video/dvd di 48family, produser kalo ga salah, coba cek di buku lirik album JKT48 di bagian dvd ada namanya tertulis disitu. Kalo ga salah juga pernah baca (CMIIW) lagu kitagawa kenji ini bercerita tentang kecemburuan para fans/laki-laki dengan pekerjaan kitagawa kenji yang ngurusin video ma dvd itu, tiap hari bisa ngeliat member 48family.

nah itu pernyataan dari sumber mengenai Kitagawa Kenji

MOGA BERMANFAAT :)

sumber : http://jkt48cafe.com/index.php?threads/siapa-kitagawa-kenji.1883/#post-16571 dengan sedikit penyempurnaan
thanks for writer : Ghoraghori - http://jkt48cafe.com/index.php?members/ghoraghori.514/

Sabtu, 23 Maret 2013

Penampilan JKT48 di Ulang Tahun dahSyat RCTI 5emua 5emakin dahSyat, 24 Maret 2013

24 Maret 2013, acara musik dahSyat berulang tahun yang ke-5. Sebagai acara musik yang membesarkan JKT48, tentu saja JKT48 diundang dalam perayaan ulang tahun dahSyat kali ini
Acara ini dibagi menjadi tiga sesi, yaitu sesi pagi, siang dan malam, dan JKT48 diberi kehormatan untuk tampil di semua sesi

Sesi pagi

Di sesi pagi, JKT48 membawakan satu lagu yaitu Heavy Rotation


Ada yang unik dengan penampilan JKT48 kali ini. Tim J dan trainee (generasi dua) tampil bersamaan di dua lokasi yang berbeda, tim J di air mancur dan trainee di kontainer. Dan tentunya hanya JKT48 yang bisa seperti ini, tampil bersamaan di dua lokasi yang berbeda :D
Akicha juga tampil lagi di dahSyat kali ini, setelah absen di acara ini sejak November 2012

Selain membawakan lagu, JKT48 diwakili oleh Nabilah dan Melody juga mempromosikan IM3 di acara ini, Seperti kita ketahui JKT48 adalah brand ambassador terbaru IM3


Cindy dan Sonia juga mengungkapkan kesan-kesan mereka terhadap ulang tahun dahSyat (kesalahan penulisan nama bukan pada layar komputer/ponsel anda)


Sesi siang

Di sesi siang, JKT48 Trainee yang berkesempatan untuk tampil. Mereka membawakan satu lagu, Baby! Baby! Baby!


JKT48 Trainee kini terlihat semakin matang dan fresh. Generasi dua JKT48 dengan Rona sebagai center ini memang sedang menarik perhatian para fans agar memilih mereka untuk masuk dalam tim K JKT48. Ya, seperti kita ketahui pembentukan tim K JKT48 sedang dalam proses dimana fans turut andil dalam pemilihan member yang pantas masuk tim

Sesi malam

Di sesi malam, tim J yang kembali tampil membawakan satu lagu, Gomen ne, Summer. Ada Akicha dan Haruka yang kembali tampil



Dan kembali, Melody dan Nabilah mempromosikan IM3 di acara ini. Mereka sempat bernyanyi loh


Kredit untuk kanal ariefnetwork48 dan drymale yang telah mengunggah video di atas


Bergabunglah di grup ★JKT48 no Fansu!★ untuk saling berbagi informasi, keceriaan dan pengalaman tentang JKT48 antar sesama fans JKT48!

Ingin mengenal lebih jauh tentang Takahashi Minami dan AKB48? Ayo segera pesan buku "Tribute to Takahashi Minami - The Untold Story of AKB48's Leader" ! 50 pembeli pertama akan mendapatkan bonus spesial! Pesan disini

Senin, 18 Maret 2013

Iklan IM3 SMS Suka Suka versi JKT48

IM3 JKT48

Selang beberapa waktu tak tampil di layar iklan, JKT48 kembali dipercaya untuk menjadi bintang iklan salah satu produk ternama. Kali ini adalah salah satu kartu prabayar andalan Indosat, IM3. Cukup spesial karena inilah produk non-Jepang pertama yang iklannya dibintangi JKT48. Ini adalah pertanda baik bahwa produk-produk non Jepang mulai tertarik memakai jasa JKT48 sebagai brand ambassador nya

Berikut adalah iklannya, diunggah oleh kanal resmi Indosat, ptindosat


Iklan ini bercerita tentang JKT48 yang bus nya mogok di tengah jalan. Para member pun meminta tolong rekan-rekan penyelenggara konsernya melalui sms untuk pindah tempat konser ke tempat bus mereka mogok. kebetulan bus mereka mogok di dekat bukit hijau. Mereka pun melakukan konser disana.
Terlihat ada Nabilah, Kinal, Rica, Shania, Ve, Melody, dan beberapa member lainnya yang membintangi iklan ini. Seperti biasa, iklan yang dibintangi JKT48 harus memakai lagu JKT48 sebagai backsound-nya, dan untuk iklan ini lagu yang dipilih adalah Oogoe Diamond

Kita patut bangga bahwa semua iklan yang dibintangi JKT48 adalah produk berkualitas dan iklannya pun juga berkualitas, termasuk iklan IM3 ini. Konsep nya tetap khas IM3 yaitu "memecahkan suatu masalah dengan menggunakan IM3", namun khusus iklan versi JKT48 ini konsep yang ditawarkan lebih ceria dan lebih menonjolkan bintang iklannya yaitu JKT48 sendiri.

Dengan kerjasama antara JKT48 dan Indosat ini, semoga produk-produk berkualitas lainnya juga tertarik memakai jasa JKT48, terutama untuk produk lokal


Bergabunglah di grup ★JKT48 no Fansu!★ untuk saling berbagi informasi, keceriaan dan pengalaman tentang JKT48 antar sesama fans JKT48!

Ingin mengenal lebih jauh tentang Takahashi Minami dan AKB48? Ayo segera pesan buku "Tribute to Takahashi Minami - The Untold Story of AKB48's Leader" ! 50 pembeli pertama akan mendapatkan bonus spesial! Pesan disini

Minggu, 17 Maret 2013

Live Performance JKT48 di Viva La Vida (HUT ANTV 20th) 17 Maret 2013


Sekedar informasi aja, PT Cakrawala Andalas Televisi atau yang lebih dikenal dengan sebutan ANTV hadir sebagai stasiun televisi swasta di Indonesia yang menyajikan beragam tayangan hiburan yang berkualitas, menarik serta menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat Indonesia. Awalnya ANTV adalah stasiun televisi lokal yang siaran di wilayah Lampung dan sekitarnya.

Dengan izin siaran lokal ANTV mengudara selama lima jam sehari, kemudian ANTV mendapat Izin Siaran Nasional dari Menteri Penerangan RI dengan No. 207/RTF/K/I/1993 tgl 30 Januari 1993. Sepuluh hari setelah izin tersebut keluar ANTV dapat melakukan siaran secara nasional. Tepat 1 Maret 1993 untuk pertama kalinya ANTV memproduksi program sendiri berupa liputan berita aktual jalannya Sidang Umum DPR/MPR. Saat itu ANTV berhasil melakukan siaran langsung meliput jalannya kegiatan penting kenegaraan. Momen istimewa itu yang dijadikan sebagai hari lahirnya ANTV, kini lebih dari 19 tahun ANTV menemani masyarakat pemirsanya dengan program-program terbaik.
(source : http://www.an.tv/tentangANTV/)

Nah, dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun ke 20, ANTV menggelar konser megah yang akan dimeriahkan oleh beberapa artis papan atas seperti Agnes Monica, NOAH, Bunga Citra Lestari, Nidji, dan banyak bintang tamu lainnya dan dengan Bintang Tamu Special, Simple Plan. Dan tentu saja, JKT48 juga ikut memeriahkan acara HUT ANTV yang bertajuk "Viva La Vida" ini.

Dalam konser yang ditayangkan pada tanggal 17 Maret 2013 pukul 19:30 WIB sampai dengan pukul 23:30 ini, JKT48 membawakan lagu Gomenne, Summer.

Berikut adalah beberapa video performance member JKT48 di acara ini... Cekidot :))



Gomenne, Summer



Jumat, 15 Maret 2013

Penampilan JKT48 di Penta5ketsa Trans TV 15 Maret 2013, SKT48 Muncul Sebagai Parodi JKT48

JKT48 mulai membuat Transcorp ketagihan. Untuk ke sekian kalinya JKT48 diundang ke Trans TV, kali ini di Penta5ketsa, perayaan ulang tahun ke 5 sitkom Sketsa, salah satu sitkom andalan Trans TV
JKT48 membawakan dua lagu di acara ini, Heavy Rotation dan Baby! Baby! Baby!, dan ada penampilan kejutan dari SKT48. Apaan tuh SKT48?

Sebelum ke SKT48, kita bahas aslinya dulu :D

Lagu pertama dibawakan JKT48 di segmen dua, membawakan lagu Heavy Rotation


Di lagu ini entah kenapa para member tidak terlalu enerjik, namun tetap apik dilihat. Melody memakai gaya rambut baru dengan wavy style nya

Nah, ini dia SKT48! SKT48 hanya grup parodi JKT48 saja, yang anggotanya adalah seluruh komedian wanita yang dimiliki Sketsa. SKT48 memarodikan lagu Aitakatta dan diplesetkan menjadi "Ada Sketsa"


Melihat persiapan pihak Transcorp yang mau repot-repot melatih para parodian ini dan bahkan mengambil sesi rekaman untuk mereka, betul-betul harus kita acungi jempol. Ini berarti JKT48 sudah sangat diperhitungkan sampai ada parodinya segala. Melihat SKT48 betul-betul membuat kita terpingkal, dan yang cukup mengejutkan ternyata mereka hafal koreografi Aitakatta walaupun memang berantakan (namanya juga parodi), bahkan mereka modifikasi sedikit dengan menambahkan "Goyang Itik", hahahaha. Good job for them

JKT48 tampil dengan lagu kedua di segmen 8, lagu Baby! Baby! Baby! dengan kostum khas yang sudah cukup lama mereka tidak pakai di acara on air


Kali ini member tampil lebih segar dan total. Melody kembali mengganti gaya rambutnya dengan twintail, membuat ia terlihat jauh lebih muda dari umurnya

Kredit untuk drymale yang telah merekam dan mengunggah semua video di atas

Kita juga harus salut dengan fans JKT48 yang datang langsung ke studio 10 Trans TV untuk menyaksikan acara ini. Mereka sangat kompak dan bisa menghargai musisi lain yang tampil dengan ikut bernyanyi bersama, bahkan sesekali melakukan chant mix termasuk saat SKT48 Tampil :D

Bergabunglah di grup ★JKT48 no Fansu!★ untuk saling berbagi informasi, keceriaan dan pengalaman tentang JKT48 antar sesama fans JKT48!


Ingin mengenal lebih jauh tentang Takahashi Minami dan AKB48? Ayo segera pesan buku "Tribute to Takahashi Minami - The Untold Story of AKB48's Leader" ! 50 pembeli pertama akan mendapatkan bonus spesial! Pesan disini

Jumat, 08 Maret 2013

JKT48 Novel Fan Fiction Part 2 (Season 2)

Karya fan fiction ini adalah lanjutan dari JKT48 Novel season sebelumnya, yaitu season pertama yang terdiri dari 9 part dan season kedua yang baru menyelesaikan 1 part (untuk membaca cerita sebelumnya silakan klik disini). JKT48 Novel diterbitkan di JKT48 Fanblog atas kerjasama dengan fanpage JKT48 NOVEL yang dikelola oleh teman kita Chikafusa Chikanatsu.
Follow juga @JKT48fanfiction untuk membaca cerita seru lainnya!

Pagi hari, sekitar pukul enam. Dikursi pinggir jalan Rica duduk dengan kepala memandang jalan raya. Saat itu ia sedang menunggu temannya, yaitu Ronald. Disebelahnya terdapat Tas besar milik Rica, terlihat sudah seperti mau piknik. Didalam tas sudah terisi Makanan kering dan juga beberapa pakaian. Jika seseorang melihat penampilannya, pasti akan menebak dia akan pergi piknik.



"Whooa, Sepagi ini jalan raya sudah dilintasi mobil mobil mewah. Pasti isi dalam mobil tersebut adalah orang orang sukses. Sepagi ini mereka sudah berangkat kerja. Sedangkan aku, aku masih kalah dengan orang orang sukses itu. Aku biasa bangun jam enam pagi. Orang kaya yang sudah banyak uangnya saja bisa bangun pagi dan langsung berangkat kerja. Apa mungkin ini yang disebut Yang kaya semakin kaya, dan yang miskin akan semakin miskin? Ah, masa aku percaya dengan kalimat itu, aku gak akan percaya dan akan mengubah yang miskin menjadi kaya, bahkan akan bisa melebihi yang Kaya sekalipun."

Bagi Rica, Itu adalah sebuah tantangan. Tantangan dimana ia harus mengubah kehidupanya ke jalan yang lebih baik. Dia sangat menikmatinya. Ia mempunyai angan angan yang tinggi beserta dengan temannya, yaitu Ronald. Sesekali ia sering sekali berkhayal bahwa dirinya adalah seorang aktris.

Huh, Aktingku tidak begitu buruk. Pak Sutradara, Bisakah Bapak menilai Aktingku ini?
Akting apapun aku rasa aku bisa melakukanya.
Apa Bapak ingin melihat Aku menangis? atau mungkin tertawa?

Aku begitu penasaran dengan suasana seperti itu. Aku ingin bersama sama dengan para kru, melakukan adegan adegan dalam pengambilan gambar. Aku ingin berbaur dengan para aktor atau aktris lainnya. Dan dikenal banyak orang ...

"Ca? Kenapa melamun? kamu lagi mikirin apa?" Tanya Ronald yang muncul dari sisinya.
"Bukan apa apa. Aku gak salah kan jika aku berangan angan tentang impianku?"
"Tentu. Siapa yang akan melarangmu untuk berangan angan."
Rica menjawab dengan sedikit rasa kecewa. "Sepertinya ada."
"Siapa? siapa yang sudah melarang mu untuk berangan?"
"Kehidupanku yang sekarang ... Kenyataanya, Aku hanyalah Gadis yang gak mempunyai apa apa. Gadis yang terus mengeluh pada kehidupan yang aku jalani ini."
"Itu hanya sebuah kehidupan yang tertunda. Kehidupan dimana kamu harus berjuang melewatinya dan menggapainya."
"Entahlah, apa aku bisa melewatinya. Bagaimana jika aku terjatuh dan gak bisa bangun kembali?"

Ronald tahu, Rica sangat tidak percaya diri saat itu. Ronald berusaha untuk bisa menguatkan hatinya.

"Aku yang akan membangunkanmu. Kita jangan menyerah sebelum angan angan kita tercapai."

Kemudian Ronald mengeluarkan sebuah kalung dari dalam saku jaketnya. "Aku sudah membawa apa yang kamu minta. Tada! kalung keberuntungan mu."
Rica tersenyum sembari mengambil kalung dari tangan Ronald. "Makasih, ya. Ini kalung pemberian Ibu ku. Aku akan memakainya."
"Semangatlah! Ini merupakan awal yang bagus. Kamu harus berjuang untuk bisa lolos dalam audisi itu. Apa yang kamu inginkan?"
"Lolos dalam Audisi!" Jawab Rica dengan penuh semangat
"Setelah itu kamu akan mendapatkan apa?"
"Sebuah pengalaman sebagai batu loncatan menuju Impian sebenarnya."
"Bagus, Setelah itu kamu mau apa?"
"Terjun kedunia Entertainment."
"Lalu?"
"Berakting ..."

Mereka berdua tertawa. Disela Tawa Rica sempat meneteskan Air mata. Ia terharu mempunyai teman yang selalu mendukung nya, Yaitu Ronald.

"Mengucapkan itu semua memang terbilang mudah, bukan? Andai apa yang kita ucapkan dapat terkabul begitu saja."
"Hei, Hei Hei. lagi lagi kamu berandai. Sudah Jam berapa ini?" Kata Ronald sambil memandang jam di tangannya.
"Oya, Ca. Jadi benar kamu akan tinggal disebuah gedung mewah selama 3 hari?"

Rica menggangguk.

"Untuk proses audisi saja sampai selama itu. Pasti pesertanya sangat banyak. Kamu akan tinggal disebuah gedung bersama dengan peserta lain, apa itu seperti sebuah asrama? wah, itu pasti sangat menyenangkan."
Rica menghela nafas dan menundukkan kepalanya. "Memang terlihat menyenangkan, tetapi aku sangat gugup. Lagipula, disana pasti penuh dengan air mata kesedihan. Dimana kita akan mendapat teman baru selama 3 hari itu, dan pasti gak akan lama untuk bersama. Satu diantara kita akan tumbang."
"Kalau memang begitu, aku akan berdoa yang terbaik untukmu. Semangat! Ayo kita berangkat." Ucap Ronald.
"Tunggu dulu, Bisa kamu bawakan tas aku?" Ucap Manja Rica sambil memberikan Tas yang ia gendong.
"Iya, Iya..."

 ***

Sebuah Gedung tempat Audisi berlangsung, Para peserta sudah memadati sekeliling Gedung. Masih ada waktu tiga jam saat Pembukaan Audisi. Hari itu cuaca mendung. Seorang wanita berjaket tebal sudah mangkir lengkap dengan tas barang bawaan nya. Ia berteduh dibawah Pohon yang lebat daunya, Takut takut jika hujan turun akan mengurangi terkena siraman air. Dia Adalah Shiva. Disaat udara dingin dan mungkin akan turun hujan, Shiva lebih memilih berlindung dibawah pohon dibandingkan harus menyampur dengan peserta lain yang berlindung dibawah Atap.

Tak apa ... Kuatkan Dirimu, Va. Aku tidak perlu teman bicara.
Dan aku tidak butuh sorakan penyemangat yang diucapkan oleh rekan ku sendiri.
Aku lebih suka seperti ini.

Itulah kalimat yang terus diucapkan Shiva saat melihat peserta lain berkumpul bersama disekelilingnya.

Tidak lama kemudian hujan turun menyirami kota Jakarta pagi itu. Walau sudah memakai jaket, Udara yang ditimbulkan masih terbilang sungguh dingin, Hingga menusuk Kulit. Shiva sedikit menggigil dan ia mengambil payung dari dalam tasnya untuk melindungi barang barang nya.

Hujan sudah turun, Apakah ini akan menjadi awal yang baik untukku?
Aku sudah muak dengan kehidupan yang aku alami ini.
Ya, aku mengikuti Audisi ini agar aku terlihat sebagai layaknya manusia lainnya. 
Yang selalu di anggap dan di hormati ...
Walau ini bukan merupakan impianku, tapi aku bisa mulai dari sini.
Dan memanfaatkan kesempatan ini.

Sebuah mobil yang dikendari oleh sopir milik Ve tiba dan terparkir tepat didepan Shiva meneduh. Sopir itu telah diberitahukan oleh seorang satpam gedung agar tidak masuk kedalam halaman gedung dikarenan tidak adanya lahan parkir yang kosong, sudah terlalu padat. Didalam mobil sudah ada tiga orang peserta, Ve, Melody serta Dhike. Tidak baik rasanya jika berangkat sendiri dengan mobil yang masih ada ruang untuk duduk, pikir Ve. Maka dari itu Ve mengajak teman nya pula.

Ve menggigit gigit bibirnya, ia merasa resah karena harus menunggu diluar gedung, ditambah hujan yang turun saat itu. Ia ingin sekali masuk kedalam dan melihat lihat suasana disekitar gedung.

"Hadu, kenapa Hujannya gak berenti berenti. Apa kalian mau masuk kedalam? kita bisa pake payung." Tanya Ve.
"Kita tunggu disini aja, deh. Lagipula masih ada waktu banyak, kan?" Jawab Melody.

Di ujung kursi Dhike membuka setengah kaca mobil agar pandangan nya jelas, ia sedang melihat lihat suasana sekitar gedung. Kemudian pandangan nya terhenti pada Shiva.

"Eh, eh apa orang itu juga termasuk peserta Audisi?"
"Kayaknya sih iya, Key. Liat aja ditangan kanan nya ia menggenggam kartu peserta Audisi."
"Kasian ya, Mel. Diluar dingin banget, kenapa dia meneduh disitu."

Tidak sengaja pandangan Shiva pun berhenti pada Dhike. Mereka saling memandang.

Kenapa wanita yang didalam mobil itu memandangiku?
Aku mengingat pandangan itu, pandangan itu sama seperti aku memandangi foto orang tua ku.
Dia belum mengenalku tetapi dia sudah mengasihaniku.
Hati manusia memang sungguh lemah.

Dari sisi sebelah kanan sebuah mobil melaju dengan sangat cepat, Air yang tergenang dijalan menjadi buyar tersapu oleh ban mobil yang berputar kencang. Cipratan air tidak bisa dihindarkan oleh Shiva, sebagian baju hingga wajah nya terkena Noda cipratan nya. Shiva sungguh terkejut dan kesal dalam hati.

Benar, siramlah aku. Wanita rendahan yang tidak mempunyai apa apa memang pantas menerima nya.  Tetapi, Tunggu saja ...
Tunggu sampai aku bisa seperti kalian.

Dhike semakin tidak tega melihat Shiva tersirami oleh air genangan. ia menoleh pada Ve.

"Ve, boleh aku pinjam payung mu?"
"Boleh, memangnya kamu mau kemana?" Tanya Ve sambil memberikan payung miliknya.
"Sebentar saja."

Dhike membuka pintu mobil dan berjalan menghampiri Shiva.

"Gak salah lagi, Ikey pasti nyamperin Gadis diseberang sana. Hatinya begitu lemah, aku takut karena lemahnya nanti akan mudah dipermainkan orang. Benar kan, Mel?"
"Tapi memang gak ada salahnya jika mempunyai hati yang lembut seperti Ikey. Aku memikirkan bagaimana jika aku berada diposisi gadis itu? aku pasti merasa seolah olah dunia telah membenciku. Yang dibutuhkan gadis itu saat ini memang seseorang seperti Ikey."

Dhike mengambil Tisu dari dalam sakunya dan menyodorkannya pada Shiva. "Kamu gak apa apa? Kenapa kamu diem disini?"
"Aku gak apa apa dan simpan saja Tisu mu itu, Jangan perdulikan aku. Aku pantas menerimanya." Cuek Shiva.

Dhike sedikit heran mendengar balasan shiva. Padahal Niat Dhike sungguh baik. Melihat situasi Shiva mengingatkan Dhike pada Ayu. Hatinya sungguh tersentuh.

"Aku gak mengerti dengan hati manusia. Aku ... Aku juga mempunyai teman dan sudah aku anggap seperti keluarga ku sendiri. Ia sungguh menderita. Ia selalu mengeluh tentang kehidupan yang ia alami. Ia ingin mempunyai banyak teman dan berusaha bersikap baik pada semua nya. Ia juga ingin diakui dan diperlakukan sama seperti yang lainnya. Ayahnya menghilang begitu saja entah kemana tanpa memberi salam perpisahan. Ia selalu di ejek bahwa dia adalah anak buangan dan Ayahnya menikah lagi. Bagaimana ... Bagaimana jika-"
"Jika aku berada diposisi dia? itu yang kamu maksud? Didunia ini, gak ada yang bisa memahami hati seseorang sepenuhnya. Uanglah yang paling berkuasa, uanglah yang bisa mengubah hati manusia menjadi jahat. Tanpa ada uang, rasa kesepian lah yang sering ditemui." Potong Shiva.
"Bukan itu yang aku maksud. Disaat seseorang mulai merasa kesepian, ia mencoba dan berjuang untuk menghilangkan rasa kesepiannya itu. Itulah yang dilakukan temanku saat ini."
"Dengan merendahkan diri sendiri? atau mungkin dengan berjusud memohon agar semua mengasihaninya? itukah yang dilakukan teman mu? Aku rasa teman mu itu cukup rendahan dan sangat lemah."

Mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Shiva membuat Dhike sungguh marah. Ucapanya memang terdengar sungguh kasar. Apalagi ia telah merendahkan teman yang sangat ia sayangi. Tisu yang tidak jadi diberikan pada Shiva ia genggam kuat kuat. Dhike memutuskan untuk kembali berjalan menuju mobil. Tetapi, saat Dhike sudah berada tepat didepan pintu mobil, ia menoleh kebelakang dan kembali memandang Shiva dengan tajam. Dhike kembali berjalan menemui Shiva.

Ve serta Melody yang melihat tingkah Dhike mulai keheranan.

"Kenapa dia? Muka nya kayak marah gitu, Mel."
"Aku juga gak tau."

Setelah Dhike sampai dihadapan Shiva, Dhike menatap kuat Shiva. Shiva pun balik menatap Dhike dengan tajam.

"Jangan sia sia kan orang yang benar benar tulus membantu mu. Aku hanya heran, disaat rasa kesepian melanda, Justru temanku ingin sekali membuangnya. Yang aku lihat kali ini sungguh berbeda. Aku gak bisa merasakannya karena aku memang belum pernah mengalaminya separah yang kalian rasakan saat ini. Karena ... Karena aku sungguh beruntung mempunyai teman yang baik dan saling menyayangi." Ujar Dhike.

Tidak sengaja mata Dhike tertuju pada kartu peserta yang Shiva kenakan dibajunya. Dhike melirik Nama serta nomor Audisi nya. Setelah mengetahui nama orang yang ada dihadapannya, Dhike bergegas untuk meninggalkannya seraya berkata. "Selamat berjuang dalam Audisi ... Shiva ..."

Shiva sedikit keheranan Dhike menyebut namanya, kemudian Shiva melirik kartu peserta miliknya. Ternyata benar, Dhike telah melihat kartu namanya yang tertempel dibajunya.

***


Agar dapat memusatkan seluruh energi pada penyelidikan, Sendy terpaksa melakukan semua yang harus dikerjakannya, Bahkan hal mustahil sekalipun akan ia lakukan. Ini merupakan tantangan tersendiri baginya. Untuk misi yang dijalankan kali ini, Sendy tidak terlihat memakai pakaian yang tertutup. Ia bahkan bertingkah laku seperti peserta lainnya. Dilehernya pun Sendy tidak lupa melilitkan sebuah kartu peserta Audisi yang bernomorkan seribu dua ratus delapan puluh empat. Sendy yang sedang menunggu kehadiran targetnya mulai mengeluh. Ia melirik jam di tangan nya.

Sudah hampir pukul tujuh. Kenapa ia belum datang juga? aku sudah menunggu ditempat yang aku pastikan dia akan lewat sini. Dia melakukan ini diam diam.

Kemudian pandangan Sendy terhenti pada sesosok gadis dihadapanya. Benar, yang dilihatnya saat itu memang benar targetnya.

Aku menunggumu, Gadis kecil ...

Sikap Sendy berubah drastis menjadi wanita yang polos dan ceria. Ya, yang ia lakukan hanyalah sebuah sandiwara. Agar dapat menangkap sebuah mangsa, kita harus mengetahui apa yang dipirkan target kita sebelum melakukan tindakan. Itulah prinsip yang dipegang Sendy.

Targetnya mulai mendekat dan melangkah tepat dihadapan Sendy. Kemudian Sendy menghampirinya dengan senyum. Dia adalah Ayu, Gadis kesepian yang tinggal diapartemen dengan Ibu nya.

"Maaf, apa kamu juga termasuk peserta Audisi?" Tanya nya.
Ayu hanya menggangguk.
"Yey! Senangnya. Aku datang kesini seorang diri, Jadi aku sungguh kesepian. Kalau gak keberatan maukah kamu menjadi teman ngobrol ku?"

Sesaat Ayu mendelik, Ia merasa bahwa hari ini adalah hari keberuntungan baginya.
Ayu tersenyum dan kembali menggangguk.

"Hu, Daritadi kamu hanya menggunakan bahasa isyarat. Aku ingin mendengar suara mu. Oya, Siapa namamu?"
"Na.. Nabilah Ratya Ayu. Panggil saja aku Ayu."
"Bagus! Kalau namaku Sendy Ariani." Ucap Sendy sambil mengulurkan tangannya. Dan mereka saling berjabat tangan. Setelah itu mereka berjalan bersama menuju gedung tempat Audisi berlangsung.

Sendy menengok pada Ayu. "Aku ... Boleh aku tau kenapa kamu mengikuti Audisi ini?"
"Aku... Aku hanya ingin mengubah kehidupanku ke arah yang lebih baik. Aku gak harus menderita lagi."
"Bagaimana kamu tau itu akan mengubah kehidupan mu yang sekarang? Apa kamu bisa membaca masa depan atau semacamnya?"
"Apa yang kamu bilang memang benar, gak sepenuhnya itu akan berhasil. Tetapi, kalimat teman ku selalu terbayang bayang dipikiran ku."
"Apa itu?" Tanya Sendy Penasaran.
"Ia mengatakan padaku, Mengerjakan sesuatu gak harus mengetahui akibat yang akan terjadi nanti. Itu akan selalu menghambatmu untuk melakukan tindakan kedepannya. Hidup seperti sebuah teka teki, Jika jawaban itu benar, maka tujuanmu telah terpenuhi. Tapi jika kamu kalah, Kamu masih bisa menggunakan jalan yang lain, jangan pernah berhenti." Ujar Ayu.
"Bagaimana jika kamu kehabisan kesempatan untuk bertindak? Bukankah teka teki selalu ada batasnya? Jika kamu gak bisa menjawab teka teki tersebut, maka kamu akan mengosongkannya, benar begitu?" Balas Sendy.
"Kamu pasti orang yang sangat pintar. Kakak ku pernah bilang, Jika ada yang mengajukan pertanyaan seperti yang kamu bilang saat ini, Maka jawaban perumpamaan yang paling tepat adalah aku."
Sendy sedikit binggung. "Kamu? Bisa kamu jelaskan?"
"Kehidupan Yang aku alami saat ini. Kehidupan yang kosong tanpa sebuah tujuan. Itu seperti teka teki yang gak bisa kita jawab."
"Keputusasaan? Kesepian?  Kamu mengganggap dunia ini telah memperlakukan mu dengan kejam, seperti itukah kehidupan yang kamu jalani?"

Ayu menggangguk dengan perasaan sedikit kecewa. Melihat wajah Ayu yang begitu tidak bersemangat, Sendy berusaha mengambil kesempatan untuk nya untuk lebih dekat. Ia menggandeng tangan Ayu sambil tersenyum.

"Kalau begitu kamu bisa manfaatkan aku. Manfaatkan lah aku sebagai teman terdekat mu. Aku janji akan selalu berada disisimu. Dan aku rasa kamu juga orang yang baik. Wahh... aku jadi terus mengingat kalimat itu, Hidup seperti sebuah teka teki. Aku jadi penasaran dengan temanmu yang sudah mengucapkan itu semua. Kamu pasti bangga mempunyai dia."

Ayu tersenyum. Namun tidak lama senyum itu berlangsung. Ayu mendelik setelah melihat apa yang dilihatnya dihadapannya. Ayu terperangah setelah melihat Dhike, Ve, Melody serta Stella dihadapannya. Bagaimanapun Ayu melakukan semuanya secara diam diam. Begitupun dengan Dhike, ia pun begitu terkejut memandang Ayu yang tiba tiba saja muncul dihadapannya.

Apa yang dia lakukan disini? apa mungkin ... Tukas Dhike dalam hati.

Seketika wajah Dhike berubah kecewa. Orang yang paling dipercayanya kenapa bisa melakukan hal yang tidak diketahuinya.

Ve menyikut nyikut lengan Melody disebelahnya. Ve masih terperanjat melihat Ayu didepannya.
"Mel, itu kan Ayu. Apa dia diam diam ikut Audisi juga? Lihat saja dibajunya sudah ada kartu peserta." Bisiknya.
"Aku juga kurang tau, Ve."

Sungguh menarik, aku akan memanfaatkan kesempatan momen ini. Senyum Sinis Sendy.
Sebenarnya Sendy sudah mengetahui bahwa Ayu mengikuti Audisi tanpa sepengetahuan orang lain.

Dhike berjalan lemah menghampiri Ayu. Ia melirik kartu peserta yang dikenakan Ayu. melihat itu, Ayu tertunduk terdiam. Ayu tidak berani mengucapkan sepatah katapun.

"Apakah ini yang dinamakan kepercayaan? apakah ini yang dinamakan ketulusan? Aku merasa semua itu telah lenyap. Aku telah memberikan semua kepercayaan kepadamu, tapi yang kudapat hanyalah kekecewaan."

Mendengar ucapan Dhike membuat telinga Ayu panas. Ia ingin sekali mengakui nya. Tapi menurutnya itu semua percuma saja. Dhike telah menerima kekecewaan darinya. Disebelahnya Sendy melirik Ayu. Didalam pikiran Sendy ia sudah mempunyai rencana yang akan ia gunakan saat itu.

Sendy mendekat pada Dhike seraya berkata. "Aku yang mengajak dia untuk ikut dalam audisi ini. Aku yang memaksanya. Jadi, ini semua bukan sepenuhnya salah dia."

Ayu terperangah mendengar nya. Bagaimanapun itu semua tidak benar. Sedangkan Dhike masih tidak mempercayai ucapan Sendy, Ia yang lebih tahu semua tentang kehidupan yang Ayu Jalani.

Dhike menatap Sendy kesal. "Kamu siapa? Teman barunya? Ah, aku rasa kamu hanyalah sebuah patung yang ditugaskan menyembunyikan sebuah fakta dan menyebarluaskan sebuah kebohongan. Bukan Begitu?"

Sendy tertawa sinis mendengarnya. "Apakah berteman lama itu selalu baik? Aku memang belum lama berteman dengan Ayu. Ah, Bukankah namamu Dhike? Teman yang selalu menjaganya, melindunginya serta ... Mengasihaninya. Aku rasa semua kalimat itu gak cocok ada pada dirimu. Yang dilakukan Ayu saat ini memang benar, Mengikuti Audisi merupakan tindakan yang bagus untuknya menghilangkan rasa kesepiannya. Sedangkan yang kamu lakukan saat ini hanya bisa menjaganya tanpa melakukan sebuah jalan keluar yang tepat. Apa dengan begitu rasa kesepiannya akan hilang?"

Tubuh Dhike bergetar kesal, Ia mengepal kedua tangannya dan lebih mendekat menatap Sendy.
"Jaga ucapanmu. Aku bukanlah orang yang ceroboh melakukan suatu tindakan. Aku selalu memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya. Apa yang dimiliki Ayu saat ini sunggulah gak tepat untuknya melakukan tindakan seperti yang kamu lakukan saat ini. Mengajak Audisi? Itu hanya akan memperburuk keadaan. Kehidupan diluar sana sungguh kejam."

Lagi lagi Ve menyikut nyikut lengan Melody disebelahnya. Ve begitu khawatir dengan suasana yang ada dihadapanya. "Mel, Gimana ini? kok jadi begini suasananya. Kamu coba hentikan mereka."
"Tapi gimana caranya?" Keluh Melody.

Ayu yang masih terperanjat kemudian memandang Dhike dengan perasaan bersalah.
Sebenarnya ada apa ini? Mengapa semua mempeributkan aku? Kak, Aku binggung harus berbicara apa. Tapi mohon jangan berpikiran buruk tentangku. Aku sungguh binggung, siapa yang harus aku percayakan? Ucapan Kak Sendy yang barusan memang benar, aku melakukan ini hanya untuk membuang rasa kesepianku ini. Aku harus mencobanya walaupun aku tak tahu apa yang akan terjadi kedepannya.

"Masih ada yang ingin kamu katakan? Kalo gak ada aku permisi dulu." Ucap Sendy pada Dhike.
"Masuklah! Masuk dan lihatlah betapa kejamnya dunia luar. Jika kamu terjatuh jangan coba coba sebut atau panggil namaku lagi. Tindakan kamu kali ini membuat rasa kecewa ku tumbuh. Bersenang senanglah dengan teman baru mu itu." Sindir Dhike. Bagaimanapun kalimat yang diucapan Dhike barusan memang cocok diperuntukkan oleh Ayu.

Sudah berakhir? Apa aku melakukan kesalahan yang begitu besar?  Jangan! Aku gak mau berpisah dengan Kakak. Ucap kata isi hati Ayu.

Perlahan Ayu mulai melangkahkan kakinya menuju Dhike. Mungkin ia akan meminta maaf. Tetapi, langkahnya dihentikan oleh Sendy. Sendy menarik tangan Ayu dengan paksa.

"Jangan Lemah, apa yang kamu lakukan saat ini sudah tepat. Kamu masih mempunyai aku, Aku yang akan selalu ada disisimu menggantikannya. Jangan pernah takut." Bisik Sendy pada Ayu.

Sendy menarik lengan Ayu dan membawanya pergi. Disebelah Sendy, Ayu membalikkan kepalanya dan menatap Dhike. Kesedihan tumbuh diwajah Ayu. Perlahan lahan Ayu menggelengkan kepalanya pada Dhike. Maksudnya agar Dhike terus mempercayai Ayu dan semua yang terjadi barusan adalah tidak benar. Namun sayang, Dhike tidak bisa menyaring bahasa tubuh yang Ayu tunjukan.

"Pergilah! Mempunyai teman satu itu lebih baik dibandingkan mempunyai banyak teman tetapi gak ada yang bisa tulus. Pergi dan carilah teman sebanyak yang kamu mau. Aku sudah gak peduli semua yang kamu lakukan." Teriak Dhike pada Ayu. Ia begitu kesal.


BERSAMBUNG ..


Bergabunglah di grup ★JKT48 no Fansu!★ untuk saling berbagi informasi, keceriaan dan pengalaman tentang JKT48 antar sesama fans JKT48!

Ingin mengenal lebih jauh tentang Takahashi Minami dan AKB48? Ayo segera pesan buku "Tribute to Takahashi Minami - The Untold Story of AKB48's Leader" ! 50 pembeli pertama akan mendapatkan bonus spesial! Pesan disini

Jumat, 01 Maret 2013

JKT48 Novel Fan Fiction Part 1 (Season 2)

Karya fan fiction ini adalah lanjutan dari JKT48 Novel season sebelumnya, yaitu season pertama yang terdiri dari part 1, part 2, part 3, part 4, part 5, part 6, part 7, part 8, dan part 9. JKT48 Novel diterbitkan di JKT48 Fanblog atas kerjasama dengan fanpage JKT48 NOVEL yang dikelola oleh teman kita Chikafusa Chikanatsu.
Follow juga @JKT48fanfiction untuk membaca cerita seru lainnya!

JKT48 Fan fiction


Pesta malam itu berjalan meriah dan sukses besar. aku melihat begitu banyak nafas nafas kemudaan serta kebahagiaan diantara mereka. sejak kejadian itu aku tidak berani menghampiri mereka. aku takut, sungguh aku takut.

Aku tidak seperti mereka yang mempunyai banyak harta serta kecantikan yang menonjol. Dibalik dedaunan yang membatasi pagar aku hanya bisa menonton. ya, walaupun aku bisa berjalan masuk dan bercampur dengan kemeriahan pesta, aku lebih memilih untuk berdiam di tengah kesunyian ini.

Pesta diadakan diteras rumah kepunyaan teman sekelas ku. Lampu hias serta aksesoris yang tergantung sungguh memanjakan mata bila melihatnya. Mereka berdiri atau mungkin duduk di satu tempat dengan ruangan yang begitu luas lengkap dengan kolam renang disisinya. Wangi hidangan yang tersaji dimeja sungguh menusuk hidung, seakan akan ingin segera menyantap hidangan tersebut.

Tiba tiba saja aku mendengar seseorang yang memanggil namaku. Aku kenal dengan suara panggilan itu, suara yang sangat aku suka bila mendengarnya. Aku menengok ke arah sumber suara, aku tersenyum memandangnya. Dia adalah teman baikku. Teman yang selalu hadir saat aku kesusahaan atau menderita, Dialah yang telah membuat aku kuat, Kuat untuk bisa melalui hidup didunia yang entah kejam ini. Dia bernama Devi Kinal Putri, Biasa aku memanggilnya dengan sebutan Kinal.


"Nyash, kamu ngapain menyendiri disini? kamu gak masuk kedalam?" Tanya teman nya itu.
Nyash hanya terdiam tertunduk. Nyash merasa bagaikan hidup di kehidupan yang berbeda. Walau begitu, Nyash berusaha bersikap tegar dihadapan temannya yang bernama Kinal tersebut. Bagaimanapun, Nyash tidak tega melihat temannya yang selalu menghkawatirkannya.

"Aku gak apa-apa. Aku hanya ingin menghirup udara segar. Aku lebih nyaman berada disini. Anginnya sungguh sejuk, iya kan?"

Kinal ingin mempercayainya, namun ia ragu. Pesta yang diadakan 3 tahun sekali dengan biaya serta kemewahan yang sungguh luar biasa pasti sangat sulit bagi siapa saja untuk mengabaikannya.

  "Apa kamu menghindari mereka semua?" Terka Kinal sambil menoleh kearah kerumunan pesta.
Nyash hanya terdiam, masih terdiam.

"Nyash, tolong jawab aku. Apa lagi-lagi kamu menghindari mereka semua? Apa kamu tidak merasa kasihan oleh Orang Tuamu? Orang Tua mu sudah susah payah mencari uang sana sini hanya untuk kamu ikut serta dalam Pesta besar ini. Ibumu ingin melihat kamu bahagia. Ibumu ingin sekali melihat senyumanmu yang sudah lama hilang. Aku mohon, jangan kecewakan Orang tuamu. Kamu adalah kamu, Temanku yang selalu ada untuk menjagamu. Apapun yang orang katakan terhadapmu, aku tidak akan perdulikan."

Nyash menjawab dengan nada sedikit agak kesal. "Aku mohon tolong hentikan. Sampai kapan kamu harus terus membelaku? Sampai aku terlihat seperti manusia pada umumnya? Apa setelah itu kamu akan berhenti memikirkan ku? Sudah aku bilang aku tidak apa-apa."

"Tapi aku lihat kamu tidak baik-baik saja!" Potong Kinal sembari membentak Nyash karena kesal.
"Jalani hidupmu seperti orang-orang pada umumnya. Kamu tidak usah perdulikan mereka yang telah mengejekmu atau mungkin merendahkanmu. Kamu adalah kamu, mereka adalah mereka." Tambahnya.

Nyash menunduk. Ia merenungkan dan menyaring semua perkataan Kinal barusan. Nyash sangat sayang pada kedua orang tuanya. Ia tidak ingin orang tuanya tahu bahwa dirinya tidak ikut dalam kemeriahan pesta. Uang yang sudah didapatkan dengan susah payah kini harus dibuang sia sia, Pikirnya.

Kinal memegang erat tangan Nyash dengan penuh kehangatan. Ia berharap Nyash mau ikut dengannya kedalam kerumunan pesta dengan perasaan percaya diri.

"Ayo Masuk..." Ucap lembut Kinal.
Nyash menggangguk Ragu.

Sebentar Nyash memperhatikan ke arah kerumunan pesta. Dengan perasaan terpaksa ia pun mulai melangkah masuk beserta dengan Kinal.


Aku melihat begitu banyak mata yang begitu menyeramkan yang mengarah ke arah ku. Kenapa dengan Mata Mata itu? Mereka memandang seolah olah aku membuat kesalahan.


"Eh, Ngapain dia ada disini? Bikin orang jijik aja." Seru seseorang.
"Nal, ngapain kamu ajak dia kesini? kamu kan tau sendiri semua orang gak suka kalau dia ada disini. Bikin aku mual aja."
"Udah suruh keluar lagi aja dia."
Mendengar semua penghasut itu tubuh Kinal merasa panas, ia kesal serta Emosi. Lain dengan Nyash, ia begitu drop begitu temannya memojokkannya. Nyash membalikkan tubuhnya, ia tidak ingin teman temannya melihat dirinya. Nyash berpikir ucapan temannya ada benarnya, ia takut semua yang melihatnya akan merasa mual.

Kinal menghampiri salah satu penghasut tersebut. "Memangnya kenapa? Dia sama seperti kita. Gak ada yang melarang dia untuk tidak hadir disini."

"Aku ragu dia bisa mendapatkan undangan nya. Memang nya dia mampu bayar? Orang tuanya saja seorang penjual Gorengan keliling. Apa kamu yang sudah membiayai dia?" Tambah Seseorang.
Ucapannya memang bisa dibilang Kasar. Apalagi dengan gampangnya menyebut profesi orang tua dengan perasaan merendahkan. Mendengar itu, Kuping Kinal merasa sangat panas. ia mengepal kedua tangannya dan menghampiri si penghasut terakhir itu.

"Apa katamu? Bisa jaga ucapannmu, tidak? aku sama sekali gak membiayai Nyash sedikit pun. kenapa? Karena aku tidak pernah membeda bedakan apapun profesi yang dimiliki orang tuamu. Aku yakin semua orang bisa melakukannya jika mereka bersungguh sunguh. apa kamu iri dia bisa ikut dalam pesta ini dengan profesi orang tua yang kamu bilang tadi?"
"Apa? Iri? aku iri dengan dia?"
"Sudah Hentikan!" Teriak Nyash tiba-tiba.
Nyash begitu drop. Ia sudah tidak sanggup berada dalam kerumunan itu.

"Lebih baik aku keluar dari sini. Dan hentikan pertengkaran kalian. aku gak mau pesta ini berakhir ribut hanya karena aku. Aku akan pergi dari sini. lanjutkan Pesta kalian. Maaf ..."
Kata "Maaf" yang terakhir Nyash ucapkan itu segera berakhir pula keberadaan Nyash. Ia berjalan keluar menjauhi pesta.

Kemudian Kinal Memandang semua teman teman yang sudah membenci Nyash. Ia kembali mengingat betapa baiknya Nyash pada teman temannya itu. Walau teman temanya tidak pernah tau akan hal itu. Karena itulah mengapa Kinal selalu sedih. Semudah itukah mereka merendahkan seseorang tanpa berpikir panjang? Semudah itukah mereka mengejek orang orang yang mungkin tidak sempurna? Mengapa ada orang yang seperti itu.

"Apa kalian puas? Dalam hidupnya dia hanya berpikir tentang orang lain. Dia terlalu lembek maka ia selalu direndahkan. aku juga benci dengan sikap itu. tapi, apakah kalian pernah berpikir bahwa Nyash sangat baik terhadap kalian? Ia selalu memikirkan teman temannya."

Kinal Kesal dan segera menemui Nyash yang baru saja berjalan keluar.


***


Keesokan paginya, suasana taman begitu ramai oleh orang orang yang lagi berolah raga. Udaranya sungguh sejuk dipadukan dengan pandangan yang memanjakan mata, dimana jika kita melihat ke kanan atau kiri, banyak bangunan bangunan mewah dan modern. Keempat gadis belia itu sengaja memanfaatkan akhir pekannya dengan berlari bersama untuk melatih fisiknya. Mereka adalah, Stella, Melody, Ve dan Dhike. Sudah sepuluh menit mereka berlari. Suara hentakan sepatu tidak henti hentinya berhenti, semakin lama hembusan nafas semakin kuat, keringat terus mengucur hingga menembus kaos yang mereka kenakan itu.

''Bentar dulu, deh. Aku capek, aku istirahat dulu.'' keluh Dhike menghentikan langkah kakinya. Nafasnya sudah tidak stabil, ia sulit mengambil oksigen. Fisik Dhike memang bisa dibilang lemah dari yang lainnya.
''Yaudah, kita istirahat dulu aja.'' kata Stella berusaha memaklumi keadaan Dhike itu. Kemudian semuanya manggut manggut sepakat.

Mereka segera beristirahat duduk di kursi taman. Mata Ve mengamati semua teman temannya itu, tidak ada yang membawa minuman. Ve inisiatif, ia segera mengirim pesan pada supirnya itu agar segera menghampirinya dan membawakan minuman untuk teman temannya. Siapa sih yang tidak kenal dengan Ve, remaja yang terlahir sebagai anak konglomerat. Ia punya supir dan bahkan seorang bodyguard yang selalu menjaganya diam diam. Memang, tidak enak rasanya jika terus di awasi, apalagi Ve masih remaja, tentu ia berharap banyak kebebasan. Namun, mau di apakan lagi, orang tuanya terlalu mencemaskannya.

Belum lima menit berlalu, sebuah mobil yang dikendarai oleh supir milik Ve itu datang menghampirinya. Supir itu segera memberi empat botol minuman segar pada Ve.

Sesegera itu pula supirnya meninggalkannya.

''Duh, Ve. Bagaimana supir mu itu bisa tau kita ada disini?'' tanya Melody keheranan.

Ve cengar cengir, ia ingin jujur bahwa ada yang mengawasinya, tapi itu hanya membuat teman temannya merasa tidak enak. Terpaksa mulut Ve di kunci.

''Jangan jangan, supirmu itu selalu mengawasimu ya?'' tukas Stella.

Mendengar tuduhan Stella membuat Ve salah tingkah. "Bu..Bu.. Bukan. Mana mungkin. Yang benar saja." Stella masih mencurigainya. ia masih tidak percaya dengan ucapan Ve.

Mana mungkin anak konglomerat begitu bebas. Dengan harta yang banyak maka mereka harus banyak pula melindungi barang barang yang berharga, termasuk anaknya (Ve).  Bagaimana jika ada penculik yang menyandera anaknya (Ve)? mereka pasti berfikir sampai situ. Aku harus mencari pengawal nya. Pasti ada disekitar sini. Ucap Stella dalam hati.

Belum lama Stella akhirnya menemukan salah satu dari bodyguard milik Ve yang sedang menelepon tepat 30 meter dihadapannya.

"Lalu itu siapa?" Ucap Stella sambil menunjuk ke arah bodyguard milik Ve.
Semua mata memandang Pria yang telah ditunjuk Stella barusan. Melody serta Dhike ikut keheranan.

Ve panik. "Siapa? aku gak tau. Mana mungkin kamu tau dia itu pengawal ku atau bukan, iya kan?"

"Hey, hey hey. jangan salah, aku sering melihatnya di tv. Pakaian nya sungguh rapi, memakai Jas serta kacamata hitam. Tubuhnya juga sangat berotot. Pas banget sama pria itu." Jawab Stella.
Ve menghela nafas, ia menyerah. Toh nantinya juga rahasia yang ditutup tutupin juga akan terbongkar. Lebih baik tau sejak dini daripada dipendam. Itu akan membuat perasaan yang tidak akan pernah tenang. Akhirnya Ve memang mengakui nya.

"Iya, Iya. kamu benar, Stell. Memang benar kalau ada yang sedang mengawasi kita."
"Waaaahh... Kamu hebat, Ve." Kagum Dhike.
"Hebat apanya, Dhike? bagaimana kalau kita sedang berada di kolam renang dan mereka mengawasi kita? aku paling gak suka kalau ada seorang pria yang melihat tubuh ku ini saat sedang memakai Bikini." Keluh Stella.
Mereka serentak tertawa bersama.

"Apa kamu juga punya supir, Ve?" Tanya Stella berlebihan
Ve menggangguk.

''Aku baru tau kalau kamu juga punya supir, Ve.'' Kagum Stella. Mereka belum lama ini berteman, Stella masih belum tahu banyak tentang latar belakang masing masing temannya itu, Kecuali Dhike dan juga Melody.

''Wah, kapan kapan boleh kan aku di ajak ke rumah mu, Ve. Aku juga mau ke rumah Dhike dan juga Melo. Ya ya ya? Dengan begitu kita akan bisa lebih akrab.''

Ekspresi Stella seketika itu pula memancarkan wajah yang penuh pengharapan. Mereka segenerasi, sama sama remaja, bagaimanapun sikap pendiamnya seseorang, tapi kalau sudah menceritakan latar belakang mendadak lancar bicara. Mungkin Dengan mengetahui latar belakang masing masing akan mendapat manfaat, yang kekurangan tentu harus kita bantu, sebaliknya, yang punya lebih jangan takut untuk berbagi. Itulah sahabat yang sebenarnya dan di inginkan semua orang.

''Ya tentu boleh, Stell.'' Sahut Melody.
Tidak jauh dari Melody dan kawan kawan berkumpul, Terlihat Ayu yang saat itu habis membeli sarapan melewati mereka diseberang jalan. Perban yang terbalut di kaki serta tangan Ayu sungguh menonjol, membuat setiap mata memandang kearah perban tersebut. Ayu masih belum mengetahui keberadaan mereka, begitupun sebaliknya. Namun, Melody sempat melirik ke arah seberang jalan dengan pandangan samar samar.

"Ayu..." Ucap ragu Melody.
Walau Ucapan yang diucapkan Melody terdengar sungguh pelan, tetapi sesegera itu membawa akibat. Semua mata mengarah ke arah seberang jalan. Ingin tahu apakah yang diucapkan Melo itu benar. Rasa kasihan tumbuh setelah Dhike tahu bahwa itu benar Ayu.

"A.. Adik... Siapa yang sudah mencelakaimu? itu pasti sakit."
Dhike segera berlari menghampiri Ayu.

"Apa tadi dia bilang? Adik? jadi wanita itu adalah adiknya?" Ucap Stella keheranan.
"Bukan begitu, Stell. Dia masih 1 apartemen dengan Dhike. Mereka begitu dekat sehingga mungkin Dhike mengganggap dia udah seperti keluarga sendiri."
"Oo.. Jadi gitu, Mel."

Ayu terperangah setelah Dhike muncul tiba tiba dari sisinya. Dengan perasaan kasihan Dhike jalan perlahan mendekati Ayu. Ia begitu penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada diri Ayu. Dhike mengganggap Ayu sudah tidak punya siapa siapa kecuali dirinya. Apapun yang terjadi pada diri Ayu, Dhike sudah merasa bertanggung jawab terhadapnya.

"Apa yang sudah terjadi? Kenapa kalau kamu sakit gak bilang bilang? Lututmu kenapa? apa itu sakit?"
Ayu ingin sekali Jujur terhadap Dhike bahwa ia terluka saat sedang latihan pada malam itu. Tetapi Dhike pasti bertanya tanya untuk apa Ayu melakukan latihan? Hanya Dhike lah yang selalu menghkawatirkannya dan menjaganya. Ayu ingin sekali melepaskan semua kesusahannya dan menceritakan semua yang ia rasa pada Dhike. Tetapi sungguh sulit. Mata Ayu mulai berkaca kaca, ia menjadi sedih jika mengingat semua kesusahan yang ia alami. Tanpa sadar seluruh tubuh Ayu menjadi lemah, makanan dalam plastik yang ia gengam pun terlepas. Ayu berlajan mendekap pada Dhike. Ia menangis tersedu sedu dalam dekapan Dhike.

"Kak... Aku sungguh kesulitan. Aku sungguh kesusahan. Aku merasa gak baik baik saja. Jangan pernah jauh dari aku. Cuma kakak yang aku punya. Tolong, percayalah apa yang semua udah terjadi pada diriku dan percayalah apa yang udah aku ucapkan. Aku Mohon ..."
Dhike sempat terperangah mendengarnya.

Sebegitu susah nya kah kehidupan yang dialami Ayu? Ayahnya menghilang begitu saja yang entah pergi kemana atau mungkin masih ada didunia ini atau tidak. Ibunya jarang sekali menengoknya. Teman temannya tidak ada satupun yang mengerti keadaannya. Dia menjadi pendiam dan frustrasi karena semua itu.

"Kakak akan selalu ada disisimu. Dan selalu menjagamu ..."

***

Ditengah kota yang terbilang mewah terdapat sebuah restoran kecil yang berdiri. Restoran tersebut menjual berbagai macam kue kue kering dan roti. Terlihat begitu banyak para pelanggan yang mengantri hanya untuk membeli kue ataupun roti. Rasa kue dan roti roti yang dijual memang bisa dibilang sungguh enak. Tidak heran jika sampai mempunyai pelanggan tetap sebanyak itu. Seorang wanita cantik selalu hadir untuk melayani setiap pembeli dengan senyuman yang manis.

"Halo, Selamat siang dan selamat datang ditoko kami. Kami menjual berbagai kue dan roti kering. Kami harap anda sekalian menikmatinya. Terima kasih."

Tidak ada henti henti nya pelayan wanita itu mengucapkan kalimat tersebut didampingi dengan senyuman manisnya. Ia mengganggap senyuman lah yang mampu membuat kedamaian.

Hai! Namaku ...
Hmm... Setiap orang yang mendengar namaku pasti sudah tau tempatku berasal.
Aku senang sekali membuat kue kue cantik dan menjualnya.
Walau ini bukan milik usahaku, tetapi aku menyukai pekerjaan ini.
Aku tinggal disebuah apartemen didekat sini.
Aku sangat beruntung mendapat pekerjaan yang tidak jauh dari tempat ku tinggal.
Aku tinggal seorang diri dan jauh dari orang tuaku.
Aku tidak ingin selalu merepotkan orang tua ku makanya aku mencari pekerjaan.

"Haruka, bisa tolong kamu buatkan kue tambahan? Biar aku yang melayani para pembeli." Seru rekan satu kerjanya.

Wanita yang ditanya nya itu menggangguk dan segera melangkah keruang pembuatan kue.

Yup! Namaku adalah Haruka Nakagawa.
Golongan darahku adalah O dan tinggi badanku 160cm, lengkap sekali, bukan?
Aku berasal dari Jepang dan sudah tinggal di Indonesia selama 3 Tahun.
Aku sudah bisa berbahasa Indonesia. Tetapi bukan sepenuhnya bisa, kadang masih ada beberapa kata yang masih tidak kupahami.

"Disaat pekerjaan menumpuk begini kamu masih bisa tersenyum? Kamu tidak mengeluh atau kesal?" Tanya Seorang rekan wanita nya yang berada disebelahnya.
"Aku suka melakukannya. Aku suka membuat makanan seperti kue."
"Apa menurutmu itu sangat mengasyikan? apa itu semacam hobi mu? kalau aku, apapun pekerjaan yang kudapat, tetap saja akan merasa jenuh. sangat gak asik jika mendapat pekerjaan tambahan kayak gini."

Haruka hanya bisa memakluminya saat mendengar keluhan dari salah satu rekan kerjanya. Pekerjaan yang dikerjaan tanpa ada rasa semangat dalam diri memang sulit untuk dinikmati. Aku beruntung, tidak pernah mengeluh dan selalu senang mengerjakan sesuatu. Ibuku sudah mengajarkan itu sejak aku masih kecil.

"Oh, iya. Haruka, Apa kamu punya seorang pria?" Ucap penasaran rekannya itu.
"Pria? Aku punya banyak teman pria."
"Bukan, Bukan. maksudku seorang pacar. punya?"
"Ohh.... Enggak, Memangnya kenapa?"
"Kamu berasal dari Jepang, Cantik, putih dan kulit mu itu sungguh mulus. Masa ia gak ada pria yang melamarmu?"
"Aku gak sempat memikirkan itu. Jangan berlebihan memujiku. Aku masih belum siap akan hal itu."
"Kenapa?" Tanyanya agak memaksa.
"Karena ... Impianku belum tercapai. Aku lebih suka menggapai impianku terlebih dahulu. Aku sangat suka dengan proses nya, Proses dimana aku mengejarnya, mengejar impianku. Begitu."
"Apa semua orang Jepang sama sepertimu?"
"Enggak juga ..."
"Ohh.. jadi kayak gitu, Baiklah. Lanjutkan kerjamu."
"Ya."

Sesekali, rekan satu kerjaku sering menggodaku dan memujiku.
Mereka sering sekali bertanya tentang kehidupanku.
Mereka penasaran, ingin tahu mengapa aku bisa seperti ini di umurku yang masih sangat muda.
Mereka selalu bilang bahwa aku ini pekerja keras dan anak yang selalu ceria.
Dan aku sangat senang, diantara mereka tidak ada satupun yang membenciku.
Tersenyumlah dengan semua orang, karena senyuman mampu mengubah hati seseorang menjadi gembira dan nyaman memilikimu. Banyak senyum berarti banyak teman.


BERSAMBUNG ...


Bergabunglah di grup ★JKT48 no Fansu!★ untuk saling berbagi informasi, keceriaan dan pengalaman tentang JKT48 antar sesama fans JKT48!

Ingin mengenal lebih jauh tentang Takahashi Minami dan AKB48? Ayo segera pesan buku "Tribute to Takahashi Minami - The Untold Story of AKB48's Leader" ! 50 pembeli pertama akan mendapatkan bonus spesial! Pesan disini